Padangsidimpuan, Kicaunews.com – Indonesian Strategic adakan Forum Group Discussion (FGD) tentang Persepsi Aktor Lokal Terhadap Kepemimpinan Tapanuli Selatan ke Depan di Cafe Five & Co Jalan Kenanga Padangsidimpuan, Jumat (19/7/2024).
Pesertanya terdiri dari para petani, tokoh adat, tokoh agama, pemuda, mahasiswa, akademisi, aktifis, pers, LSM, masyarakat Tapsel dari dalam dan luar daerah.
FGD ini menghadirkan Dr. Putra Halomoan Hasibuan SH.MH, sebagai narasumber dan Dekan Fisipol UMSU, Dr. Arifin Saleh Siregar, S.Sos, MSP, sebagai moderator.
Berdasarkan angket yang dibagi untuk diisi, ternyata 100 persen dari puluhan orang peserta yang menggambarkan perwakilan masyarakat menginginkan perubahan kepemimpinan Tapsel untuk lima tahun ke depan.
Berdasarkan pertanyaan apakah Tapsel mengalami perkembangan di era kepemimpinan sekarang. Sebanyak 95 persen menyatakan tidak, dan hanya 5 persen yang menyatakan berkembang.
Sedangkan mengenai tingkat kepuasan atas kinerja pemimpin Tapsel sekarang, 95 persen menyatakan tidak puas dan hanya 5 persen menyatakan puas.
Persentase ketidakpuasan masyarakat atas kepemimpinan Pemkab Tapsel sekarang yang terangkum dalam FGD ini, ternyata lebih tinggi dari angka persepsi kepuasan publik hasil penelitian salah satu lembaga beberapa bulan lalu. Yakni 84 persen tidak puas dan sangat tidak puas.
Dalam pengantar atau pemantik FGD ini, narasumber Dr. Putra Halomoan Hasibuan yang merupakan dosen di UIN Syahada Padangsidimpuan mengatakan, Tapsel memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM).
Namun sudah mampukah pemimpin Tapsel memberdayakannya? Misalnya, potensi SDA tambang emas dan objek pariwisata. Juga potensi SDM, yang mana Tapsel memiliki banyak orang-orang cerdas di dalam dan luar daerah, apakah diberdayakan untuk kemajuan daerah?
Kemudian bagaimana pemimpin Tapsel yang tepat ke depan. Haruskah putra daerah, haruskah melanjutkan yang ada saat ini atau diganti dengan yang baru. Perlukah perubahan kepemimpinan dan tata pemerintahan Tapsel ke depan?.
Sementara moderator Dr. Arifin Siregar, MSP menyampaikan pertanyaan ke audiens, bagaimana kondisi Tapsel saat ini. Apakah pemerintahan yang baik dan tata kelola pemerintahan yang baik itu sudah tercapai?
Selanjutnya audiens FGD memberikan jawaban dan tanggapan, tentang kondisi Tapsel di dua kepemimpinan sebelumnya dan yang saat ini, serta bagaimana pemimpin Tapsel yang dibuthkan ke depan.
Sukri Pulungan M.Psi, Ali Syahbana M.Sos, Darmansyah M.SP, Arifin Hidayat M.Pd.I, Dr. Irfan dan Fitri Choirunnia M.Psi dari akademisi, sepakat pemimpin Tapsel ke depan harus benar-benar takut hanya kepada Allah S.W.T. Tetap menjaga hubungan baik kepada sesama manusia dan utamanya sanak saudara.
Pemimpin Tapsel itu harus berintegritas, maka harus profesional dan proporsional. Harus punya komunikasi yang baik secara vertikal dan horizontal. Mengutamakan kerjasama dan bukan jalan sendiri-sendiri.
“Sumber daya yang banyak ini semestinya mampu meningkatkan sumber daya manusia daerah. Kita sangat heran, hasil survey yang disajikan di media cenderung meningkat. Padahal fakta penelitian kita di tengah masyarakat, mayoritas kehidupan rakyat Tapsel saat ini sangat berat,” jelas mereka.
Contoh yang mereka datangi dan lihat langsung di lapangan, ada warga Tapsel yang memiliki tanah setengah hektar dan ditanami kopi. Namun tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kepala keluarga harus bekerja sebagai kuli bangunan di Kabupaten Padanglawas Utara.
Demikian juga petani sawah yang harus cari kerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan tiga anak yang sekolah di tingkat SD, SMP dan SMA. Sama halnya penyadap karet dan tukang dodos sawit yang tinggal di rumah tak layak huni, akibat hidup yang serba pas-pasan.
Mental masyarakat Tapsel saat ini banyak terganggu akibat kondisi perekonomian yang morat marit. Situasi ini sangat butuh perhatian pemerintah sebagai pengayom masyarakatnya.
“Pemerintahan yang sekarang ini, gagal meningkatkan kesejahteraan rakyat Harga komoditi pertanian dibayar murah karena ifrastruktur jalan yang rusak. Pupuk langka dan jikapun ada, harganya mahal,” terang para akademisi itu dan diamini para petani yang hadir.
Perwakilan tokoh agama, tokoh adat, pemuda, pers dan LSM, membandingkan gaya dan latar belakang kepemimpinan Tapsel mulai Bupati Ongku P. Hasibuan dan Bupati Syahrul M. Pasaribu sampai Bupati Dolly Putra Parlindungan Pasaribu.
Disebutkan, Bupati Ongku dan Bupati Syahrul memiliki latar belakang yang jelas, pengusaha dan politisi. Kepemimpinannya punya fokus kerja yang nyata.
Bupati Ongku, fokus bidang UMKM dan berhasil meninggalkan karya monumental berupa sentra industri spesifik di tiap kecamatan. Memiliki jadwal rutin bertemu dan menyerap aspirasi rakyatnya melalui program Turun ke Desa (Turdes). Sehingga arah pembangunan terarah dan denyut perubahan terasa di tengah rakyat Tapsel.
Bupati Syahrul lebih hebat lagi dengan gaya kepemimpinan MarMar Style. Nyaris sepanjang 10 tahun memimpin, hidupnya diwakafkan kepada Tapsel dan rakyatnya.
Akselerasi pembangunan yang ia lakukan dengan cara memadukan program provinsi, pusat dan daerah, telah sukses membawa Tapsel dalam kejayaaan. Semua terwujud berkat jaringan yang dimiliki politisi senior Partai Golkar ini.
Komunikasi dengan rakyat di pelosok dan di pemerintah atasan selalu lancar dan tidak pernah tersumbat. Kesejahteraan rakyat dan harmonisasi masyarakat Tapsel sangat baik, sehingga Syahrul M. Pasaribu digelar “Bapak Pembangunan”.
Syahrul Pasaribu berhasil membangun Tapsel mulai dari sarana prasarana, infrastruktur, sosial kemasyarakatan, tata kelola pemerintahan yang baik. Utamanya sukses memindahkan ibukota dan pusat pemerintahan dari Sidimpuan ke Sipirok dengan membangunan pusat perkantoran Bupati yang terpusat dan terintegrasi.
Demikian juga keberhasilannya dalam pengelolaan keuangan daerah sehingga Tapsel memperoleh Dana Insentif Daerah (DID) secara berturut selama tujuh tahun yaitu 2015 s/d 2021 dan untuk tahun 2017 kategori Dana Rakca Award diserahkan Presiden RI dengan insentif Rp50 miliar dan tahun 2020 sebesar Rp52 miliar lebih.
Menciptakan iklim yang kondusif bagi investor seperti hadirnya PLTA Simarboru kapasitas 510 ribu mega watt yang saat ini sedang tahap konstruksi. Juga mendorong percepatan pembangunan Tambang Emas Martabe Batangtoru dan sekaligus menyelesaikan tingginya eskalasi persoalan dengan masyarakat ketika itu.
Sehingga, akhir tahun 2012 perusahaan sudah mulai comissioning dan sejak tahun 2016 sampai saat ini menjadi primadona pendapatan daerah. Semua penghargaan yang diperoleh Syahrul termasuk Satya Lencana Pembangunan dari Presiden RI tahun 2014 memiliki indikator yang jelas latar belakang dan kebermanfaatannya bagi masyarakat Tapsel.
“Tapsel yang sekarang sudah rusak. Antar organisasi masyarakat, dan bahkan antar anggota Ormas yang sama, sudah banyak perpecahan karena cenderung diadu domba,” jelas para tokoh adat dan tokoh agama.
Banyak penghargaan yang diraih, akan tetapi tidak jelas indikatornya dan apalagi kebermanfaatannya bagi rakyat. “Tapsel dipuji dan dipuja di medsos, namun pada faktanya rakyat menderita,” sebut mereka.
Ternyata, inilah yang membuat peserta FGD menyatakan kepemimpinan Tapsel ke depan harus dilakukan perubahan. Baik itu perubahan pola kepemimpinannya maupun perubahan orang yang memimpinnya. (ril)