Kicaunews.com,Depok – Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia gelar acara Townhall Meting bertajuk “Berdaya dan Bersuara: Peran Perempuan dan Orang Muda dalam Ruang Politik”, yang berlangsung di Auditorium Mochtar Riady, FISIP UI, Rabu, 04/06/25.
Acara ini menghadirkan tokoh publik, akademisi, dan politisi muda untuk membahas urgensi keterlibatan perempuan dan generasi muda dalam membangun politik yang lebih etis, adil, dan inklusif.
Salah satu pembicara utama dalam diskusi ini adalah filsuf publik dan Ketua Tumbuh Institute, Rocky Gerung, yang menyampaikan kritik tajam terhadap praktik politik yang selama ini cenderung eksklusif dan transaksional.
“Bahkan satu detik pun cukup untuk tahu bahwa politik kita kotor. Tapi itu karena kita hanya diajarkan ‘the politics’—siasat merebut kekuasaan—bukan ‘the political’, yaitu ruang etis untuk mendistribusikan keadilan,” ungkap Rocky di hadapan ratusan peserta dari berbagai kalangan.
Dalam pemaparannya, Rocky menyoroti bahwa politik sejati lahir dari nilai-nilai keadilan, dan perempuan adalah representasi paling awal dari prinsip tersebut.
“Keadilan pertama kali hadir dalam tubuh perempuan yang sedang mengandung—ia membagi nutrisi, membagi kecemasan. Maka, perempuan adalah fakultas keadilan pertama,” ujarnya.
Rocky juga menyoroti ketimpangan representasi perempuan dalam politik. Ia menyebut bahwa selama lebih dari 25 abad, perempuan telah dikeluarkan dari arena kekuasaan.
“Kuota 30% saja masih dipersoalkan. Padahal dunia berutang 25 abad pada perempuan. Bagaimana jika perempuan menuntut 100% plus bunga?” katanya disambut tepuk tangan peserta.
Ia menegaskan bahwa kampus harus menjadi ruang pencetak manusia political—yaitu warga yang sadar tanggung jawab etis dalam politik, bukan sekadar pengabdi kekuasaan.
Sementara itu, Direktur Puskapol UI, Hurriyah, menyampaikan bahwa meski ada peningkatan kuantitas perempuan di parlemen (22% di DPR RI, 37% di DPD RI, dan 19% di DPRD Provinsi), secara kualitas representasi ini belum substantif. Hambatan struktural, budaya patriarki, serta mahalnya biaya politik masih menjadi tantangan besar.
Diskusi juga menghadirkan politisi muda dari berbagai partai, di antaranya Garda Maharsi (PDI Perjuangan), Sekarwati (Golkar), dan Fariz Ma’arif (Demokrat). Ketiganya berbagi pengalaman dan tantangan dalam menembus sistem politik yang masih didominasi elite senior.
Dosen Ilmu Politik FISIP UI, Sri Budi Eko Wardani, menambahkan bahwa perempuan kerap menjadi silent labor dalam politik—bekerja di belakang layar tanpa pengakuan dan posisi pengambilan keputusan. Ia menyerukan perlunya reformasi internal partai dan penerapan pendanaan publik untuk memperluas akses bagi perempuan dan kaum muda.
Acara ini merupakan bagian dari komitmen Puskapol UI untuk terus mendorong hadirnya ruang politik yang adil, setara, dan representatif—bagi semua warga negara, terutama kelompok yang selama ini terpinggirkan.
.