Jakarta, Kicaunews.com – Cendekiawan Muda Muhammadiyah, bernama Muhamad Bukhari Muslim, menegaskan bahwa pemahaman agama harus selalu diperbarui agar tetap relevan dengan tantangan zaman. Hal ini ia sampaikan dalam penerbitan bukunya “Tafsir dan Hal-hal yang Tak Selesai”, diadakan oleh DPD IMM DKI Jakarta pada Minggu 2 Maret 2025.
Dalam acara tersebut, Bukhari menyoroti fenomena perdebatan umat Islam yang sering terjebak dalam dikotomi benar dan salah dalam memahami tafsir agama.
“Pemahaman agama tidak boleh hanya terpaku pada satu tafsir sebagai kebenaran absolut. Tafsir lahir dari interaksi manusia dengan teks suci dan realitas zamannya,” ungkapnya.
Melalui bukunya, Bukhari mengajak umat Islam untuk lebih terbuka dalam memahami ajaran agama. Ia menekankan bahwa tafsir harus terus berkembang agar tetap sesuai dengan perkembangan sosial dan budaya.
“Buku ini saya tulis sebagai ajakan bagi umat Islam untuk lebih terbuka dalam memahami ajaran agama. Tafsir tidak berhenti di satu masa, tetapi harus terus berkembang agar tetap relevan,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Staf Khusus Menteri Agama RI, Faried F. Saenong, menegaskan bahwa perbedaan tafsir adalah sesuatu yang wajar. “Sayangnya, masih banyak yang menganggap perbedaan tafsir sebagai ancaman, padahal justru itu yang memperkaya pemahaman kita,” ujarnya.
Faried menilai bahwa buku karya Bukhari bisa menjadi jawaban atas berbagai perdebatan dalam tafsir Islam. Kemudian Faried menyampaikan “Karya Bukhari ini menjadi jawaban atas banyak persoalan tafsir yang selama ini masih menjadi perdebatan,” tutupnya.
“Buku Tafsir dan Hal-hal yang Tak Selesai” diharapkan bisa membuka wawasan umat Islam dalam memahami ajaran agama secara lebih dinamis dan kontekstual. Pemikiran Bukhari menjadi pengingat bahwa tafsir tidak boleh stagnan, melainkan harus selalu berkembang mengikuti zaman.
Maz Havid
