Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
BeritaNasionalNewsPolitik

Konflik dan Perang: Sebuah Warisan Republik Islam Iran 

246
×

Konflik dan Perang: Sebuah Warisan Republik Islam Iran 

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

PENDAPAT, KICAUNEWS.COM- Hampir setengah abad melanggengkan permusuhan di balik layar akhirnya pada tanggal 13 April 2024 Iran dan Israel melakukan perang secara terang-terangan. Diawali dengan serangan Israel yang menghancurkan gedung konsulat Teheran, Ibu Kota Suriah Damaskus hingga menewaskan 7 Garda Revolusi Iran.

Lalu, Iran membalasnya dengan mengirim lebih dari 300 drone dan rudal jenis balistik, serta jelajah untuk membubarkan fasilitas-fasilitas militer milik musuh bebuyutanya tersebut, bagian menariknya dari konflik antar 2 pihak ini adalah serangan bertubi-tubi dari Iran membuat Israel yang selama ini mengabaikan teguran dari PBB justru akhirnya datang mengadu ke dewan keamanan PBB atas aksi Iran.

Example 300x600

Dan mendesak, supaya PBB mengecam serangan Iran tersebut. Konon memang, Iran menjadi salah satu negara yang ditakuti Israel selama beberapa dekade, yang disebut-sebut membawa ancaman terbesar bagi mereka, bahkan dianggap sebagai musuh kuat oleh Amerika Serikat, memang sekuat apa Iran hingga ditakuti dan dianggap ancaman ?

Untuk mengetahui kekuatan Iran, penulis harus menengok lagi ke belakang dan melintasi zaman. Upaya untuk melihat bagaimana Iran ini, mampu berdiri sebagai salah satu Negara paling berpengaruh dalam Geopolitik Dunia, khususnya wilayah Timur Tengah.

(Sejarah Munculnya Iran)

Iran punya nama resmi Republik Islam Iran, tapi di dunia Barat, orang-orang menyebut Iran sebagai Persia dalam catatan sejarah yang ada, Iran merupakan rumah bagi peradaban besar tertua di dunia yang ada sejak tahun 4000 SM.

Konon, orang-orang Iran hidup dalam peradaban yang dibangun oleh bangsa Persia, seperti yang diungkap filsuf asal Jerman, George Wilhem Friedrich Hegel, Iran adalah bangsa bersejarah yang pertama ada di dunia peradaban di tanah Iran sudah dikenal lebih maju sejak zaman prasejarah.

Hal ini dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan artefak arkeologi buatan manusia purba Neandartal yang diduga berumur 100.000 tahun dari pertengahan zaman Batu Tua atau paruh pertama milenium ke-1 SM.

Selain itu, kawasan Barat Daya Iran, juga merupakan bagian dari tanah yang subur atau tempat sebagian besar tanaman-tanaman pangan pertama umat manusia dibudidayakan.

Namun bangsa Persia sendiri baru muncul di Iran pada zaman besi. Sebelumnya wilayah Iran justru dikuasai dan dibangun oleh suku-suku lain, seperti yang terkenal adalah suku Susa yang mendiami wilayah Iran semenjak 4.395 SM, mengalahkan peradaban Mesopotamia.

lalu suku Sisa ini, berkembang dan dikenal sebagai bangsa Elam ketika memasuki zaman Besi dan kekaisaran Assyiria baru akhirnya bangkit dan bangsa Elam terusir dari berbagai wilayah kekuasaannya dan akhirnya berbaur dengan bangsa-bangsa lain, yang memasuki wilayah Iran di dataran tinggi, bangsa-bangsa itu adalah bangsa Pedia, Persia, Parthia, Urarto.

Dan beberapa bangsa lain yang datang dari Stepa Pountus Kaspia, kebanyakan bangsa-bangsa ini tunduk dengan kekaisaran Assyiria di tahun 646 sebelum Masehi, bangsa Elam kemudian dihabisi oleh raja Syria 1 yaitu Raza Assur Banipa.

Mereka yang tersisa dari bangsa Elam terpaksa melarikan diri ke daerah-daerah lain untuk berlindung, melihat sejarah panjangnya raja-raja Assyiria yang berusaha menaklukkan suku-suku lain, terutama di kawasan barat Iran. Akhirnya bangsa-bangsa kecil pun bersatu membentuk negara-negara yang lama-lama.

Semakin besar dan sangat terpusat pemerintahannya untuk mengalahkan kekaisaran Assyiria baru, diabat ke-7 sebelum Masehi bangsa Media akhirnya mencapai kemerdekaannya dari kekaisaran Assyiria, mereka kemudian bekerja sama dengan bangsa Babel untuk mengapung dan menghancurkan Assyiria.

Taktik yang mereka lancarkan berhasil membuat Ibu kota Assyria hancur, sehingga akhirnya kekaisaran Assyiria baru runtuh, bangsa Media ini lah yang kemudian dianggap berjasa membangun Iran sebagai sebuah bangsa dan kekaisaran setelah tercatat dalam sejarah sebagai bangsa yang mendirikan kekaisaran Iran pertama.

Kekaisaran terbesar di zamannya, koresi Agung atau koresh 2 yang memimpin kekaisaran Iran, lalu mengembangkan kekaisaran dari perpaduan Media dan Persia yang kelak menjadi Akamania dengan kebijakan dari Korosi Agung yang dikenal sangat santun.

Dia mampu membuat rakyatnya tunduk dan patuh pada pemerintah Persia, yang akhirnya membuat kekaisaran ini berumur panjang. Putranya yang menjadi pewaris kekuasaan bernama Kombisius 2 memilih untuk melakukan ekspansi kekuasaan dengan menaklukkan Mesir kuno.

Yang tersisa sebagai Negara kuat di kawasan itu, Kombisius 2 mampu menaklukkan Mesir kuno dan meruntuhkan kekaisaran Mesir yang ke 26 namun sayangnya, pewaris Koresi Agung ini harus meninggal karena jatuh sakit ketika dia akan meninggalkan Mesir.

Dalam beberapa catatan yang dibuat oleh Horodotus, sejarawan Yunani kuno, diyakini bahwa Kombisius 2 meninggal, karena kemarahan Dewa dan Dewi Mesir kuno, yang tidak terima bangsanya dikalahkan sepeninggal Kombisius 2 dan setelah sempat terjadi kekosongan kekuasaan dari Darius 1.

Memutuskan untuk mengambil alih kekuasaan dan menetapkan dirinya sebagai pewaris tahta Persia berdasarkan silsilah keluarga yang lurus dari para penguasa kekaisaran Akademia.

Sempat terjadi pemberontakan, Darius 1 naik takhta, tapi ia dengan cepat mampu meredamnya di bawah kepemimpinan Darius Ibu Kota kekaisaran berpindah ke Susa dan membangun Parsepolis.

Derius juga membangun sebuah terusan teluk untuk menghubungkan Sungai Nil dan laut Merah. dimana pembangunan ini akan menjadi cikal bakal terusan yang kita ketahui sekarang, banyak perkembangan maju yang terjadi selama masa kekuasaannya.

Hal ini tercatat dalam prasasti-prasasti kerajaan dengan bahasa persia tua, yang ditulis menggunakan aksara paku khusus, yang telah disesuaikan selain di bawah kekuasaan Korsi Agung di tangan Darius.

Tercatat bahwa kekaisaran persia telah tumbuh menjadi kekaisaran terbesar dalam sejarah umat manusia. Darius juga, yang memerintah dan mengatur sebagian besar dunia, karena ia mengatur wilayah-wilayah penaklukannya yang membentang di 3 benua yaitu: Eropa, Asia dan Afrika.

Kekaisaran Persia, telah menjadi negara adikuasa pertama di Dunia yang landasan hukumnya sangat menjaga persatuan rakyatnya, karena bertabur Toleransi dan Hormat pada budaya serta agama lain, namun dipenghujung abad ke-6 SM, Darius memutuskan untuk melakukan perang terhadap beberapa wilayah di Eropa diluar kekuasaannya.

Beberapa bangsa kota dan wilayah di pesisir Yunani pun ditaklukkan olehnya, ketika Athena Ibu Kota Yunani, akhirnya turun tangan, pecah lah perang Yunani-Persia yang berlangsung sepanjang 1/2 waktu dari abad ke-5 SM dan menjadi salah satu perang terpenting dalam sejarah Eropa.

Pihak Persia sempat menderita kekalahan setelah membawa kembali wilayah dan bangsa Trakia dan Makedonia ke dalam kekuasaan Persia.

Namun, Peneruz takhta Darius, yaitu Azaware 1 hanya melancarkan invasi ke-2 Persia atas Yunani, banyak wilayah di Yunani daratan yang berhasil dikuasai.

Tapi tidak lama, karena dalam peperangan-peperangan berikutnya, Yunani meraih kemenangan dan memukul mundur pasukan Persia yang telah kehilangan kendali atas banyak wilayah di tanah Yunani, peperangan panjang itu baru benar-benar berakhir setelah ada perjanjian damai kalis di tahun 449 SM.

Beberapa dekade setelahnya, ketika Darius 2 wafat karena usia tua. Mesir, akhirnya memberontak dibawah pimpinan Amir Teus dan pemimpin-pemimpin Mesir setelahnya berhasil menghalangi Persia untuk menaklukkan Mesir lagi.

Butuh beberapa dekade sampai akhirnya Persia yang dipimpin oleh Opus atau Raja Artahsasta 3 berhasil menundukkan Mesir lagi. Dalam kekuasaan Persia, memasuki abad ke-4 SM. Alexander Agung mengalahkan Dalius 3 dari kekaisaran Persia dalam serangkaian pertempuran, membawa akhir dari kekuasaan Persia dan memulai kekuasan Yunani di wilayah Iran.

Setelah kematiannya, kekaisaran dibentuk oleh Alexander terpecah belah. Dan panglimanya Seleukos 1 Nikator, mendirikan kekaisaran Seleukiyah yang mencakup wilayah Iran, Mesopotamia, Syria dan Anatolia.

Namun kekaisaran aseleukiyah, hanya berkuasa selama 1 abad, karena kemudian dirutuhukan kejayaannya dan diusir pergi dari tanah Iran oleh kekaisaran Parthia yang didirikan oleh bangsa Arsasi.

Awalnya menguasai dataran tinggi Iran dan Mesopotamia, pada akhir abad ke-3 SM, mereka juga memperluas kekuasaan mereka ke Arab timur pada beberapa kesempatan.

Bangsa Parthia ini dikenal cukup tangguh dan telah menjadi musuh utama Kekaisaran Romawi di Timur, permusuhan semakin menjadi-jadi setelah bangsa Parthia yang menghentikan ekspansi Romawi kara timur Anatolia.

Pasukan berkuda Parthia yang terkenal akan kecepatan dan ketangkasannya, dengan pasukan berat berbaju zirah dan pasukan pemanah yang mematikan sehingga pasukan romawi yang saat itu hanya mengandalkan pasukan pejalannya dengan mudah di kalahkan.

Namun, meskipun sepertinya punya kekuatan militer yang baik, tapi mereka kesulitan dalam pengepungan kota, sehingga sulit bagi mereka untuk menduduki daerah-daerah taklukannya dan bertahan selama 5 Abad.

Memang, jauh lebih lama jika dibandingkan dengan banyak kekaisaran di timur, mereka baru bisa digulingkan oleh bangsa Persia yang sedang berada di bawah kepemimpinan kekaisaran Sasani pada 224 SM.

Iran, kemudian memulai gerakan pembaruan dalam Negeri dibidang ekonomi maupun militer, ketika dipimpin oleh kaisar pertama Ardashir 1, Iran menjadi salah satu kekuatan paling berkuasa di dunia selama lebih dari 400 tahun, menyaingi Kekaisaran Romawi.

Wilayah kekuasaan kekaisaran Sasania di masa itu menjadi sangat luas yang dikatakan saat ini sudah meliputi Iran, Irak Azerbaijan, Armenia, Georgia, Abkasiya, Dagesta, Israel, Lebanon, Yordania Palestina, Afganistan, Turki, Suriah bagian Pakistan Asia tengah, Arab Timur dan sebagian Mesir, setelah lebih dari 6 abad berkonflik dengan kekaisaran Romawi.

Akhirnya, Iran memasuki babak baru dalam sejarahnya. Perang antara kekaisaran Sassania dan Kekaisaran Romawi Bizantium pecah, juga di Anatolia Kaukasusbara, Mesopotamia, Armenia dan livant, yang menghasilkan perjanjian damai perang Romawi-Persia. Pada akhirnyapun perang dianggap usai, setalah berlangsung lebih dari 700 tahun, setelah konflik dengan Romawi Byzantium mereda.

Bangsa Persia dalam zaman kekaisaran Sassaniyah telah mencapai titik puncak peradabannya dan menjadi kekaisaran Iran raya.

Terakhir, yang paling berpengaruh dan memberi dampak pada dunia, era yang telah berganti membawa sampai Persia ke zaman yang berbeda, bangsa Persia yang tampaknya sudah kelelahan berperang harus menerima kekalahan nya tanpa perlawanan panjang, ketika pasukan muslim menginvasi wilayah kekuasaannya dan. Melakukan pertempuran Al kadisyah di Alayhillah atau sekarang sudah masuk kedalam wilayah Irak.

Penaklukan Islam atas Persia di zaman pertengahan Iran ditandai dengan umar Bin khattab yang memimpin invasi ke wilayah Sasaniah, setelah perang saudara berakhir melakukan kaum muslim atas Persia mengakhiri kekaisaran sesaninya dan menyebabkan kemunduran Agama Majusi di Persia.

Mayoritas penduduk Iran beralih ke Islam, tetapi banyak aspek peradaban Persia sebelumnya tetap diserap oleh Pemerintaan Islam, pendapat mengenai peristiwa ini, menjadi pandangan yang sangat beragam di Iran beberapa orang-orang melihatnya sebagai berkah dan datangnya Agama sejati, sementara yang lain, menganggapnya sebagai kekalahan yang memalukan dan menaklukkan oleh bangsa Asing.

(Persia Sebagai Negara Boneka)

Setelah kejatuhan dinasti Abbasiyah, dianasti-dinasti Turki dari Asia tengah, pemerintahan Persia dinasti ini, awalnya hanya tentara budak, tetapi mereka mengambil alih Administrasi khilafah Abbasiyah karena kelemahan Khalifahnya.

Keejatuhan Abbasiyah, yang membuat munculnya pemerintahan-pemerintahan kecil di seluruh Iran, seperti Takhiriyah di Korosan, Safariyah di Sista dan samaniya di Bukaro, pada tahun 962 Aluptigin. Seorang pegawai pasukan budak Selamania, kemudian mendirikan pemerintahan Gaznawiyah setelah menaklukkan Gaznah.

Di kemudian hari, pasukan Turki Utsmani, khususnya tentara salju, menyerang dan menaklukkan Persia.

Peristiwa penaklukan ini, membuat versi yang mengalami kebangkitan budaya dan ilmu pengetahuan dibawah pimpinan Tughrill Beg dan Shah Malik, namun setelah kematian sang Malik akhirnya Persia kembali terpecah menjadi pemerintah-pemerintah kecil, hal ini terjadi sampai Genghiskhan dari Mongolia menyerbu Persia.

Bukan untuk membangun bangsa ini, seperti yang dilakukan oleh pasukan Turki Utsmani. Tapi untuk menghancurkan kota-kotanya dan menyebabkan kehancuran besar bagi rakyat Iran.

Sistem irigasi yang hancur akhirnya mengakibatkan perubahan besar dalam pola pemukiman, selain itu, penyerangan Genghis Khan juga, menyebabkan sebagian besar penduduk terutama pria terbunuh.

Hal ini, menyebabkan penurunan populasi secara drastis, selama Mongol berkuasa di Iran, hanya ada sedikit perbaikan Iran yang tidak sebanding dengan kehancuran yang terjadi.

Namun, setelah kekuasaan beralih kepada Ghazan Khan, ia dan penasehatnya yang bernama Rashid Abdin berhasil memulihkan ekonomi Iran, dengan menurunkan cukai mendorong pertanian, memperbaiki sistem irigasi dan meningkatkan perdagangan dengan India dan china, setelah Gazankan wafat dia digantikan oleh keponakan yang bernama Abu Said.

Dan selepas Abu Said wafat, kemudian Iran sekali lagi terpecah, menjadi beberapa pemerintah kecil, hal ini berlangsung sampai Timur Leng, seorang Mongol Turki kemudian yang menaklukkan Persia.

Meskipun serangannya tidak sebesar Genghis Khan, ia masih menyebabkan kehancuran besar di kota-kota seperti Isfahan dan Siraj, setelah kematiannya kesultanan Iran terpecah, tetapi pengaruh Mongolia tetap berlanjut dengan pemerintahan yang dijalankan oleh Uzbek dan Bayundurturkmen, hingga bangkitnya kesultanan safawi, yang memerintah seluruh wilayah Iran dan sekitarnya.

Beberapa sejarawan berpendapat bahwa kesultanan Safawi adalah kesultanan yang berjasa terhadap berdirinya bangsa Iran modern, para peralihan di zaman modern ini, Iran dikenal dengan nama Negara Agung Iran dalam kekuasaan kesultanan Safawi yang berlangsung sejak 1501 M. Hingga 1722 M, terjadilah perubahan besar sesudah perubahan yang terjadi pasca penaklukan kaum muslim.

Terutama di Iran. Perubahan besar ini berupa penetapan Mazhab 12 Imam dari firkoh sebagai Agama resmi kekaisaran. Peristiwa ini menjadi salah satu titik balik terpenting dalam sejarah Islam.

Iran kemudian tumbuh menjadi salah satu kekaisaran bubuk mesiu Islam, dengan kata lain, Iran menjadi negara yang punya kekuatan militer kuat, dengan pengembangan persenjataan modern yang lengkap, Iran bersaing dengan negara-negara lain dalam kekuasaan kesultanan Safawi sekaligus dengan musuh utamanya saat itu.

Yakni kesultanan Utsmaniyah dan kesultanan Moga, selepas kesultanan Safawi runtuh akhirnya Iran diperintah oleh dinasti Alfsyariyah dan Kazar, di abad ke-17 M. Negara-negara Eropa mulai menjelajahi Iran dan memberikan pengaruh kuat mereka di sana, sehingga mulai kehilangan beberapa wilayahnya, lewat abad ke-19.

Era baru, mengubah Iran ketika terjadi Revolusi konstitusi Iran yang memperkenalkan sistem monarki konstitusional, Raja Iran tetap mempertahankan kekuasaan.

Tapi, sebuah parlemen bernama Majelis didirikan pada tanggal 7 Oktober 1906, tidak lama setelah itu, penemuan minyak mentah, diwilayah Kuzestan menarik minat Inggris dan Rusia untuk meluaskan pengaruh di Iran, supaya bisa memonopoli minyak bahkan memecah belah Iran, ke-2 Negara Adidaya tersebut bersaing ketat pemerintah Iran saat itu sedang dipegang oleh dinasti Khazaryang yang lemah.

Melihat situasi ini, akhirnya terjadilah pemberontakan oleh Reza Pahlevi, yang akhirnya berhasil menobatkan dirinya sebagai Sah Iran atau Raja Iran yang baru lalu mendirikan dinasti Pahlevi.

(Era Sah Reza Pahlevi Revolusioner yang Kontroversial)

Sebelum menjadi seorang Sah atau Raja sebenarnya, Sah-Reza adalah menteri perang yang terampil, ia memiliki kecerdasan yang luar biasa dan sangat dihormati, bahkan oleh para seniornya.

Ketika, Sah Ahmad dari dinasti Qajar dianggap tidak kompeten mengurus negara karena usianya juga masih terlalu muda, menyebabkan pemerintah Iran jadi kacau dan penuh kasus korupsi, akhirnya masyarakat Iran mendesak supaya posisinya digantikan oleh Reza yang masih menjabat sebagai seorang menteri.

Awalnya Sah Reza ini hanya diangkat menjadi perdana menteri, tapi kemudian di tahun 1925, ia diangkat menjadi Sah untuk menggantikan Sah Ahmad.

Selama masa kekuasaannya Sah Reza, membentuk pemerintah otoriter yang mengutamakan nilai-nilai Nasionalisme dan Militerisme, Sekulerisme dan anti Komunisme, yang digabungkan dengan sensor ketat, serta propaganda Negara.

Sah Reza benar-benar melakukan berbagai Reformasi dibidang sosial dan ekonomi, menata ulang angkatan bersenjata, administrasi pemerintah dan keuangan negara, di mata masyarakat Iran ada 2 kubu yang berlainan pandang, ada yang menganggap Sah Reza sebagai pahlawan, ada juga yang menganggapnya sebagai penjahat.

D karenakan, selama masa pemerintahan Sah Reza, ia membuat Iran sebagai negara yang ketat hukum dan ketertiban, menanamkan disiplin ala militer, membangun kewenangan terpusat dan juga mengembangkan sarana-sarana modern seperti Sekolah, Kereta Api, Bus, Radio, Gedung-gedung, Bioskop, bahkan jaringan alat Komunikasi, Sah Reza benar-benar berusaha memodernisasi Iran dalam tampu kekuasaannya yang berlangsung selama hampir 16 tahun.

Dimulai dari tahun 1925 hingga 1941. Namun, bagi sebagian masyarakat Iran saat itu, usaha modernisasi yang dilakukan dinilai terlampau cepat dan sekedar polesan belaka untuk menutupi Penindasan, Korupsi dan beban Pajak, yang diterapkannya lewat cara pengamanan ala Negara Polisi atau kekuasaannya diatur melalui kekuatan pasukan Polisi.

Banyak hukum dan aturan baru menimbulkan rasa ketidak adilan di kalangan umat muslim dan kaum ulama, aturan ini contohnya masjid-masjid diwajibkan memasang Kursi, kaum Pria diwajibkan berpakaian ala barat, termasuk mengenakan topi bertepi datar, kaum wanita didorong untuk melepaskan hijab dan yang paling kontroversial adalah Pria serta Wanita diizinkan berkumpul dengan bebas.

Peraturan modern yang dibuat oleh Sah Reza ini akhirnya memicu ketegangan dan pemberontakan di tahun 1935, ketika para penduduk Desa melakukan aksi pemberontakan di dalam Masjid.

Mereka menyerukan slogan-slogan seperti Reza adalah Yazid yang baru, didalam Islam: tokoh Yazid dikenal sebagai pemimpin yang buruk dan kedudukannya sebagai Khalifah bahkan tidak diakui oleh beberapa tokoh muslim, karena telah menyalahi perjanjian.

Dan gaya hidupn Sah Reza juga dipandang tidak pantas, sebagai seorang pemimpin umat. Dalam pemberontakan terhadap Sah Reza. Akhirnya lusinan orang terbunuh dan ratusan orang terluka karena pasukan-pasukan tentara dikirim untuk meredam kerusuhan.

Memasuki Perang Dunia 1 saat itu Negara Iran sudah berada di bawah pengaruh Inggris dan Rusia, walaupun kebijakan pemerintahnya masih netral sebelum Sah Reza berkuasa.

Sebenarnya Inggris mencoba menjadikan Iran sebagai negeri boneka mereka, tapi rencana itu macet dengan naiknya Sah Reza ke bangku kekuasaan, sejak pertemuan minyak, Iran dianggap sebagai sumber cadangan minyak utama bagi Negara-negara sekutu.

Yang kemudian, ketika Perang Dunia 2 pecah, tentara sekutu meminta agar Sah Reza mengeluarkan Jerman, tetapi Sah Reza menolak permintaan ini, maka tentara sekutu yang dipimpin oleh Inggris akhirnya bekerja sama melancarkan serangan atas Iran lewat invasi Inggris-Soviet dan menggulingkan Sah Reza lewat putranya Muhammad Reza yang menggantikan ayahnya sebagai Sah Iran atau Raja Iran yang baru.

Namun tidak seperti ayahnya yang ditakuti dan disegani, Sah Muhammad Reza justru dijadikan boneka Inggris dalam wilayah Administrasi Iran yang membuatnya jauh lebih dibenci rakyat Iran.

Kekacauan didalam pemerintahan Iran yang dipimpin Sah Muhammad Reza, akhirnya melahirkan gerakan revolusi Iran atau dikenal juga dengan Revolusi Islam.

Ini adalah revolusi yang mengubah Iran dari sebuah Monarki Absolut dibawah kepemimpinan Sah Muhammad Reza. Menjadi sebuah Republik Islam, dibawah kepemimpinan Ayatullah Ruhullah Khomeini, salah satu tokoh yang menjadi pemimpin Revolusi dan pendiri Republik Islam Iran.

Revolusi ini, dimulai sejak Januari 1978 dengan demonstrasi-demonstrasi besar dan baru berakhir pada bulan Desember 1979, ini artinya hampir 2 tahun gerakan Revolusi itu berlangsung sampai akhirnya disetujui konstitusi baru, yang bersifat teokratis atau mengedepankan ketuhanan. Pemimpin baru Iran juga ditetapkan dengan menunjuk Ayatullah Khomeini sebagai pemimpin besar sementara.

Sementara itu, Muhammad Reja yang digulingkan dari kekuasaan meninggalkan Iran menuju pembuangan, di bulan Januari 1979, setelah aksi-aksi pemogokan dan demonstrasi besar-besaran yang melumpuhkan negara Iran, setelah Muhammad Reza meninggalkan Iran akhirnya ditanggal 1 Februari 1979, Khomaini, sebagai pemimpin baru Iran kembali dengan disambut jutaan rakyat Iran.

Di bawah kekuasaan Ayatullah Khomani, Iran secara resmi menjadi Negara Republik Islam Iran pada tanggal 1 April 1979. Ketika sebagian besar rakyat Iran menyetujui pembentukannya melalui sebuah Referendum Internasional, Ideologi pemerintahan yang baru ini diketahui lebih bersifat Pro-Rakyat Nasionalis dan terutam Pro-Syiah.

Konstitusinya, dilandaskan pada konsep Wilayatul Faqih, gagasan yang dicontohkan Khomaini bahwasannya. Umat muslim memerlukan tuntunan dalam bentuk aturan atau pengawasan dari ulama atas sekumpulan ulama Islam sebagai penuntun.

Khomaini, akhirnya menjalankan tugas sebagai ulama penuntun atau pemimpin besar sampai beliau tutup usia di tahun 1989. Selama Khomaini memimpin, perekonomian Kapitalis Iran yang tumbuh pesat kemudian digantikan dengan sistem ekonomi dan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada rakyat dan bersifat Islami.

Banyak sekali industri yang akhirnya dinasionalisasikan, aturan-aturan hukum serta sekolah-sekolah pun di Islamisasi, lalu pengaruh dari barat pun dilarang. Selain perubahan di dalam negeri. Selama Khomaini memimpin, juga Iran memutuskan kerja sama dengan Israel dan memulai perang dengan Irak, yang banyak memakan biaya dan korban jiwa.

Perang itu, dimulai sejak tahun 1980 dan berlangsung selama 8 tahun, ditandai dengan berakhirnya perang di bulan Agustus 1988, pada periode berjalan, untuk memperkokoh kekuatan Iran dalam kepemimpinan khomeini di tahun 1982 hingga 1983 tercatat, bahwa Iran berhasil menanggulangi kehancuran ekonomi militer dan aparat pemerintahnya.

Protes dan pemberontakan dari berbagai golongan termasuk golongan Sekuler, golongan Kiri dan golongan Muslim yang lebih tradisional berhasil ditekan secara efektif oleh rezim yang baru ini, banyak lawan politik akhirnya dihukum mati dalam proses tersebut, selama periode itu juga, terjadilah pemberontakan dari gerilyawan Marxis dan kelompok Federalis.

Di wilayah Kurdistan, Kurdistan dan Kurbat Ekahsus pemberontakan-pemberontakan tersebut yang di mulai sejak April 1979 berlangsung selama beberapa bulan, tapi juga, ada yang berlangsung hingga beberapa tahun, tergantung dari luas batas wilayahnya.

Sebagai contoh, pemberontakan yang berlangsung lama adalah pemberontakan Suku Kurdi yang dipimpin oleh partai Demokrasi Kurdistan Iran, di mana pemberontakannya menjadi pemberontakan yang paling berdarah dan berlangsung hingga tahun 1983 dengan menelan korban sebanyak 10.000 jiwa.

Selain masalah pemberontakan ini, salah satu peristiwa awal dalam sejarah berdirinya republik Islam Iran yang berdampak panjang adalah krisis sandera Iran.

Peristiwa ini dipicu dari diterimanya mantan Sah Iran masuk ke Amerika Serikat untuk menjalani pengobatan kanker, sehingga, pada 4 November 1979 para pelajar Iran, akhirnya menyandera para personil kedutaan Amerika Serikat dan melabeli kedutaan tersebut sebagai sarang mata-mata.

Tercatat, bahwa ada 52 orang yang disandera selama 444 hari, sampai pada bulan Januari 1981, pihak militer Amerika sempat melakukan upaya penyelamatan,

Tapi sayangnya, berakhir dengan kegagalan. Peristiwa penyanderaan itu sangat populer di Iran, di mana ribuan orang berkumpul mendukung para penyandera dan diduga peristiwa itu juga, membuat Khomaini makin tenar dan mampu mengumpulkan barisan anti Amerikanisme di Iran.

Semenjak peristiwa itu juga, Khomaini menjuluki Amerika sebagai si setan besar. Di Amerika, peristiwa itu dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip lama hukum internasional, yang mengatur bahwa para diplomat boleh saja diusir dari sebuah negara yang berkonflik, tetapi pantang disandera, peristiwa itu menciptakan gerakan arus balik anti Iran yang besar di Amerika serikat.

Hubungan antara ke-2 negara itu masih tetap diwarnai permusuhan hingga saat ini. Dan sanksi internasional Amerika telah menyulitkan perekonomian Iran dalam jangka waktu yang panjang.

(Perang Iran dan Irak sebuah Warna yang Carut Marut didalam Internal Revolusi Islam Iran)

Penyanderaan tidak hanya berujung pada krisis ekonomi, tapi juga menciptakan krisis politik dan sosial di Iran, situasi ini dilihat oleh Saddam Hussein, pemimpin Irak yang sedang berpuasa saat itu, sebagai peluang untuk mengambil keuntungan dari kekacauan akibat Revolusi Islam dan pelemahan militer Iran, sebelum kejadian ini, sebenarnya militer Iran dikenal sangat kuat oleh dunia.

Tapi selama revolusi terjadi, justru kekuatan militernya hancur karena perselisihan internal dan lengsernya Sah Reza sebagai orang yang disegani dalam dunia militer Iran.

Saddam Hussein, berambisi untuk menempatkan dirinya pada kedudukan sebagai orang kuat baru di Timur Tengah, dan berupaya untuk memperluas akses Irak ke teluk Persia dengan cara merebut wilayah-wilayah yang sebelumnya pernah dituntut Irak dari Iran, pada masa pemerintahan Sah.

Wilayah yang paling diincar oleh Husain karena dianggap penting bagi negara Irak adalah wilayah Kuzezstan yang tidak hanya punya populasi Arab substansial, tetapi juga punya ladang minyak yang sangat kaya.

Dengan ambisi yang sedemikian besar, Saddam Hussein akhirnya melancarkan serangan berskala besar terhadap Iran. Sambil membual, bahwa angkatan bersenjata Irak bisa mencapai Ibu Kota Iran hanya dalam waktu 3 hari, serangan ini dimulai pada tanggal 22 September 1980 dengan diawali angkatan darat Irak yang menginvasi wilayah Kuzezstan, sehingga pecahlah perang Iran-irak.

Sebenarnya serangan yang dilakukan oleh Saddam Hussein benar-benar mengejutkan Khomaini dan segenap rakyat Iran yang tengah disibukkan dengan gelombang revolusi. Meski begitu, sekalipun angkatan bersenjata yang dikerahkan Saddam Hussein mendominasi pertempuran pada awal peperangan.

Tapi ternyata, pihak militer Iran mampu memukul mundur angkatan darat Irak supaya kembali ke negaranya, ketika hampir memasuki tahun 1982, melihat bagaimana kekuatan militer yang dimiliki, sebenarnya ada rencana dari Khomaini, untuk membawa Revolusi Islamnya ke Irak khususnya bagi mayoritas kaum Arab Syiah yang tinggal di Irak, sehingga perang Iran-Irak yang seharusnya berakhir. Justru akhirnya berlanjut selama 6 tahun lagi.

Perang yang menciptakan banyak kerugian di ke-2 belah pihak ini, baru benar-benar berakhir di tahun 1988 dengan kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh PBB.

Peperangan antara Irak-Iran itu terbilang telah melanggar aturan perang yang telah ditetapkan. Karena Irak menggunakan senjata kimia dalam peperangan mereka, jutaan jiwa yang terdiri dari personel militer dan warga sipil kehilangan nyawa mereka di Medan perang.

Total korban perang di pihak Iran diperkirakan mencapai 500.000-1 juta orang, Irak pun tidak menyerah karena masih disokong oleh banyak negara-negara lain, diketahui bahwa selama peperangan berlangsung.

Irak didukung secara finansial oleh Mesir, Negara-negara Arab di teluk Persia, Uni Soviet bersama Negara-negara Pakta Warsawa, lalu ada Amerika Serikat, Prancis Jerman, Inggris, Brazil dan Tiongkok, meskipun Tiongkok juga menjual persenjataan kepada Iran.

Selama sidang internasional berlangsung, hampir semua perwakilan Internasional membenarkan bahwa, Saddam Hussein mempergunakan senjata kimia, untuk melumpuhkan serbuan lautan manusia dari Iran, sebagaimana mereka juga kemudian bersaksi. Bahwa Iran tidak pernah menggunakan senjata kimia selama perang.

(Iran dalam Kesunyian Reformasi)

Setelah gencatan senjata dengan Irak fokus Iran beralih ke dalam negaranya lagi dan akhirnya mulai secara sistematis menghukum mati ribuan tahanan politik yang ada diseluruh Iran sejak tanggal 19 Juli 1988.

Peristiwa eksekusi tahanan politik ini, dikenal juga dengan pembantaian Iran 1988 dalam catatan sejarah. Target utama eksekusi adalah anggota-anggota organisasi mujahidin rakyat Iran dan ada sejumlah kecil tahanan politik dari kelompok kiri seperti dari partai Todeh Iran.

Sebagai salah satu Partai Komunis Iran, yang turut menjadi target utama eksekusi, perkiraan jumlah korban eksekusi besar-besaran ini mencapai angka 1.400-30.000 jiwa, setelah banyak peristiwa besar yang terjadi Iran mulai terlihat agak stabil dalam kepemimpinan Khomaini.

Namun, menjelang ajalnya di tahun 1989 Khomaini akhirnya menunjuk 25 orang terpercaya sebagai anggota Majelis Reformasi Konstitusi, yang kemudian mengangkat Ali Khomaini yang saat itu menjabat sebagai presiden Iran menjadi pemimpin besar Iran berikutnya dan sekaligus membuat sejumlah perubahan pada konstitusi Iran.

Peralihan kekuasaan ini berjalan tanpa kendala sama sekali. Meskipun Ali tidak punya karisma yang kuat seperti Khomaini, tapi dia punya barisan pendukung dalam angkatan bersenjata dan yayasan-yayasan amal Iran yang secara ekonomi sangat kuat untuk menyokongnya.

Namun, dibawah pemerintahannya, rezim Iran disebut-sebut terlihat sebagai sebuah Oligarki ulama, dibanding sebagai Konstitusi Teokratis, sementara itu, pengganti Ali di kursi kepresidenan adalah seorang tokoh konservatif yang pragmatis, bernama Ali Akbar Hashemi Rafsanjani, yang menjabat selama 2 kali masa jabatan.

Ali Akbar, punya kebijakan yang cukup berbeda dengan memusatkan perhatiannya pada pembangunan kembali perekonomian dan infrastruktur yang hancur karena perang.

Tentu saja, dia punya tantangan untuk mengubah Iran menjadi negara yang lebih teratur, tantangan ini terutama berasal dari segi ekonomi yang saat itu mengalami kendala, apalagi dengan rendahnya harga minyak dunia saat itu, padahal penyumbang pendapatan negara terbesar bagi Iran adalah hasil minyaknya.

Di tangan rezim Ali Akbar, dia berhasil mengendalikan populasi penduduk dengan pengendalian kelahiran, lalu dia memotong pengeluaran militer yang sebelumnya menjadi pengeluaran terbanyak yang dikeluarkan negara, dan puncaknya menormalisasi hubungan diplomatik dengan negara-negara tetangga.

Seperti Arab Saudi, dia juga berusaha menjaga supaya Iran tetap netral selama pecahnya perang teluk Persia di tahun 1991 demi menjaga stabilitas negaranya terlebih dahulu. Ali Akbar memang terlihat condong menjaga perdamaian dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan di negaranya.

Hal ini dibuktikan dengan upayanya membatasi aksi-aksi pengutukan terhadap Amerika Serikat dan mengizinkan kapal-kapal terbang serta pengungsi dari Irak memasuki wilayahnya selama perang berlangsung.

Masa kepepemimpinan Ali Akbar terbilang menjadi masa tenang bagi Negara Iran. Sebelum akhirnya mereka merasakan ketegangan kembali, ketika Ali Akbar digantikan jabatannya oleh tokoh Reformasi Iran bernama Muhammad Hatami yang mulai menjabat sejak tahun 1997.

Di awal masa jabatannya saja sudah diwarnai ketegangan lantaran pemerintahnya yang berwawasan reformasi cukup berlawanan dengan kaum ulama yang vokal dan makin lama makin konservatif.

Ketegangan ini memuncak di bulan Juli tahun 1999 dengan diwarnai protes dan demonstrasi besar-besaran oleh gerakan anti pemerintah yang pecah di kota Teheran selama seminggu penuh, aksi protes itu baru berhasil dibubarkan setelah Polisi dan pihak Sipil yang lebih pro pemerintah, ikut turun tangan membubarkan kerumunan massa tersebut.

Hal yang tidak disangka kemudian adalah, pada pemilihan presiden Iran selanjutnya, Muhammad hatami justru terpilih kembali sebagai presiden pada pemilihan di bulan Juni 2001 sayangnya, tidak seluasa dulu, setelah menjabat untuk ke-2 kalinya kini setiap gerakan reformasi yang dicetuskan oleh Muhammad Hattami selalu dihambat dan dilemahkan oleh kalangan konservatif yang ada di parlemen.

Cara mereka melemahkannya adalah dengan membredel surat kabar liberal dan menggugurkan calon-calon anggota parlemen yang pro-Reformasi, ketika mereka mendaftarkan diri, akibat dari tindakan ini adalah generasi muda Iran akhirnya menumbuhkan sikap dan rasa tidak peduli terhadap politik.

(Iran dan Kekuatan Militer yang dipergitungkan Dunia)

Meski kondisi internal Iran terbilang penuh konflik, tapi negara ini menjadi salah satu negara terkuat di dunia, terutama di kawasan regional timur tengah.

Dalam beberapa sumber Iran disebut-sebut sebagai aktor utama di wilayah timur tengah yang pengaruhnya sangat besar dalam konflik demi konflik yang terjadi di Suriah, Yaman dan libanon.

Hal ini sebenarnya tidak mengherankan, jika kita melihat lagi sejarah panjang peradaban di Iran yang dulunya merupakan pusat kekuasaan regional di Timur, dengan wilayah kekuasaan meluas hingga sampai di 3 benua, kekuasaan itu tampaknya masih belum luntur sepenuhnya.

Apalagi dengan fakta, bahwa Iran masih menjadi salah satu negara dengan kekuatan militer tertinggi, indeks statistik tahunan yang dikeluarkan Global Fire Power, organisasi yang menyediakan informasi kekuatan militer berbagai negara, menunjukkan bahwa Iran masih berada di urutan ke-14 dari 145 negara dengan kekuatan militer tertinggi.

Skor Iran bahkan hampir sempurna, yang dipengaruhi dari jumlah unit militer, keuangan, kemampuan logistik, serta geografis, memang jika dilihat dari faktor-faktor tersebut, Iran terbilang sangat unggul di wilayah Timur Tengah.

Apalagi negara Iran merupakan negara yang paling royal, mengeluarkan dana negara untuk urusan militer.

Jadi. Tentu saja dari segi keuangan unit militer hingga kemampuan logistiknya, cukup terjaga dengan baik, angkatan bersenjata Iran saja termasuk yang terbesar di Timur Tengah, dengan catatan bahwa ada 580.000 personel aktif dan 200.000 personel cadangan terlatih yang terbagi di antara Tentara dan Islamic Revolutionary Courts Corpse (IRCC) atau Garda Revolusi Iran.

Ditambah lagi, Iran diketahui memiliki salah satu gudang rudal balistik dan drone terbesar di timur tengah yang di dalamnya sudah termasuk persediaan rudal jelajah.

Rudal anti kapal dan rudal balistik dengan jangkauan hingga 2.000 km, senjata ini punya kapasitas dan jangkauan untuk mencapai sasaran apapun di wilayah timur tengah, termasuk tentu saja wilayah Israel. Semua senjata tersebut adalah ciptaan Iran yang juga mereka bisniskan dengan Rusia dalam penyerangan di Ukraina,

Jika bukan karena sanksi internasional yang diperlakukan untuk Iran, karena sejumlah tuduhan dan aksi keterlibatannya beberapa dekade lalu, mungkin Iran sebenarnya bisa membangun kekuatan militer yang jauh lebih besar dan kuat dari sekarang.

Membangkitkan lagi kekuasaannya sebagai Negara terkuat dan disegani, bahkan oleh negara-negara barat, terlebih Iran merupakan negara yang mandiri maksudnya adalah Iran telah menolak campur tangan asing, terutama barat, di dalam negaranya atau wilayah-wilayah regionalnya, apalagi jika itu merupakan campur tangan militer atau politik hal ini sudah terjadi bahkan memuncak sejak Revolusi Islam di tahun 1979.

Iran sangat konsisten menolak campur tangan militer Begara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, di wilayah timur tengah dan bahkan kritik campur tangan yang dilakukan mereka di negara-negara lainnya.

Meski begitu, di lain sisi Iran juga sebenarnya sering campur tangan di negara-negara lain, terutama melalui dukungan terhadap kelompok atau sekutu di wilayah tersebut contohnya adalah mendukung kelompok Syiah di Irak.

Terkait konflik Iran-Israel yang terjadi beberapa waktu lalu, yang perlu diketahui dan diingat adalah fakta. Bahwa serangan Iran yang merupakan bentuk balasan penyerangan di Taheran dan bukan untuk campur tangan dalam urusan Palestina.

Iran dan Israel sendiri sudah bermusuhan sejak tahun 1979 ketika revolusi Islam terjadi sebelumnya, ke-2 belah pihak ini sempat menjadi sekutu di masa pemerintahan Sah Muhammad Reza Pahlevi, yang pro Barat. Bahkan kemudian Iran menjadi negara ke-2 yang mengakui berdirinya negara Israel setelah Mesir.

Namun diera pemerintahan Khomaini, perumusan antara Iran-Israel lahir, alasannya adalah ideologi dimana para pemimpin Iran meyakini dan menganggap Israel sebagai penjajah yang terbukti menindas bangsa Palestina.

Para penguasa Iran bahkan menganggap bahwa Israel tidak punya hak untuk hidup dan menyebut Israel sebagai setan kecil lalu sekutunya yaitu: Amerika Serikat disebut-sebut sebagai setan besar.

Iran ingin Israel dan Amerika Serikat menghilang dari Timur Tengah, meski begitu, Iran sebelumnya tidak melancarkan serangan apapun kepada Israel yang telah menggempur habis Palestina, karena mungkin belum ada alasan atau tidak ada keuntungan yang akan didapatkannya dari serangan tersebut.

Hanya saja, dari beberapa sumber meski tidak membantu secara langsung, Iran konon mendukung jaringan poros perlawanan yang terdiri dari kelompok-kelompok bersenjata di Lebanon, Suriah, Irak dan Yaman.

Saat ini kondisi di Timur Tengah masih memanas beberapa pengamat militer mengkhawatirkan, bahwa akan terjadi serangan skala besar yang selama ini diredam oleh ke-2 belah pihak. Demikian.

Muhammad Faqih

Penulis Adalah, Sekertaris Yayasan Suluk Barokah Nusantara sekaligus Mahasiswa Pascasarjana Institut Pemerintahan Dalam Negeri-Jakarta. 

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *