PANDEGLANG, KICAUNEWS.COM-Warga di sekitar Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Bangkonol, Kecamatan Koroncong, Kabupaten Pandeglang, mengeluhkan bau menyengat yang semakin parah sejak adanya kiriman sampah dari luar daerah, terutama dari Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dan Kabupaten Serang.
Romdoni (60), warga Kampung Sabi, Desa Bangkonol, mengaku setiap hari harus menghirup bau sampah yang mengganggu kesehatan. Bahkan istrinya sering mengalami sesak napas.
“Kalau dulu hanya sampah dari Pandeglang masih bisa ditahan. Tapi setelah ada kiriman dari luar daerah, baunya makin parah. Kadang-kadang istri saya sampai sesak napas karena nggak kuat nahan bau itu,” ujar Romdoni saat ditemui, Rabu (30/7).
Romdoni yang sehari-hari berjualan karedok dan gorengan di warung kecil miliknya juga menyesalkan, hingga kini warga tidak pernah mendapat kompensasi layak atas dampak yang ditimbulkan.
“Pernah sekali ada bantuan beras 4 kg dan minyak 1 liter, tapi tidak tahu dari siapa. Selain itu, tidak ada lagi,” keluhnya.
Hal senada disampaikan Apendi (70), warga Pasir Walet, Kelurahan Kabayan. Ia mengatakan, bau sampah tetap tercium meski wilayahnya berada di dataran tinggi.
“Kalau habis hujan terus ada angin, baunya sampai sini. Padahal ini jauh dan tinggi, tetap saja tercium. Apalagi sekarang kiriman sampah makin banyak dari luar,” ujarnya.
Meski begitu, Apendi mengaku pernah mendapat kompensasi berupa uang, namun jumlahnya sangat kecil dan tidak rutin. “Baru dua kali tahun ini. Pertama Rp120 ribu, kedua Rp100 ribu per rumah. Setelah itu tidak ada lagi,” terangnya.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah Kabupaten Pandeglang dan Pemkot Tangsel telah meneken kerja sama pembuangan sampah, di mana sekitar 500 ton sampah dari Tangsel per hari akan dibuang ke TPA Bangkonol.
Kesepakatan ini menuai penolakan dari sebagian warga yang merasa tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Rian Juniar, warga Kecamatan Koroncong, menyayangkan kebijakan tersebut yang dinilai merugikan masyarakat lokal.
“Warga sekitar tidak pernah diajak bicara. Seolah-olah tanah kami bisa dijadikan tempat pembuangan seenaknya demi kenyamanan kota lain. Kami minta ada kajian lingkungan yang jelas, keterlibatan warga, dan kebijakan yang lebih adil,” tegasnya.
Warga berharap Pemkab Pandeglang lebih memperhatikan kesehatan dan kelangsungan hidup mereka.
Mereka menegaskan tidak menolak kerja sama, tetapi menolak ketidakadilan dalam pengelolaan sampah yang dianggap hanya menguntungkan pihak tertentu, sementara masyarakat sekitar harus menanggung dampak negatifnya